HUBUNGAN PENGETAHUAN TERHADAP STIGMA MASYARAKAT PADA PENDERITA COVID-19 DI KABUPATEN MALANG
DOI:
https://doi.org/10.33475/mhjns.v2i3.56Keywords:
Knowledge, Stigma, Society, COVID-19Abstract
ABSTRACT
COVID-19 is a new disease that was first discovered in Wuhan, China at the end of 2019. COVID-19 spreads very quickly to various countries around the world, until this disease is called a global pandemic. The high number of incidents and the very fast transmission of cases, as well as the absence of medicine, and news on social media whose sources are not yet clear have caused people to become restless and feel excessive fear. Such hatred can lead to their negative opinion about COVID-19, this will create a stigma. Stigma arises due to lack of knowledge about the disease and also due to the high risk of transmission of COVID-19. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and community stigma in patients with COVID-19 in Patokpicis Village, Wajak District, Malang Regency. The research method used is descriptive quantitative with a cross sectional approach to 95 respondents in Patokpicis Village. The data obtained from the research distribution instrument used consisted of a demographic data questionnaire, a knowledge level questionnaire, and a stigma questionnaire. The data obtained were then analyzed by the Spearman Rho correlation test. The results showed that the people of Patokpicis village had high knowledge of 67 respondents (70.5%), and sufficient stigma as many as 87 respondents (91.6%). There is a significant negative relationship between the two variables with r= -.438 and p value(0.000) < (p=0.01). This means that the higher the knowledge, the lower the stigma that occurs. Health workers who work in villages as well as cadres can provide regular education to increase public knowledge and also reduce community stigma.
Keywords: Knowledge, Stigma, Society, COVID-19
ABSTRAK
COVID-19 merupakan sebuah penyakit baru yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina pada akhir 2019. COVID-19 menyebar sangat cepat ke berbagai negara didunia, hingga penyakit ini disebut sebagai sebuah pandemi global. Tingginya jumlah terjadinya kasus serta penularan kasus yang sangat cepat, serta belum adanya obat, dan pemberitaan di sosial media yang belum jelas sumbernya menyebabkan masyarakat menjadi resah dan merasakan takut yang berlebih. Ketakutan tersebut dapat menggiring opini negatif mereka tentang COVID-19, hal ini akan menimbulkan sebuah stigma. Stigma muncul akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit tersebut dan juga diakibatkan oleh tingginya resiko penularan COVID-19. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap stigma masyarakat pada penderita COVID-19 di Desa Patokpicis Kecamatan Wajak Kabupaten Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional pada 95 responden di Desa Patokpicis. Data yang diperoleh dari penyebaran instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari kuisioner data demografi, kuisioner tingkat pengetahuan, dan kuisioner stigma. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji kolerasi spearman rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat desa Patokpicis mayoritas memiliki pengetahuan yang tinggi sebanyak 67 responden (70,5%), dan stigma yang cukup sebanyak 87 responden (91,6%). Terdapat hubungan negatif yang cukup signifikan antara kedua variabel denagn r= -,438 dan p value(0,000) < (p=0,01). Artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan semakin rendah stigma yang terjadi. Tenaga kesehatan yang bertugas di desa dan juga kader bisa memberikan edukasi secara berkala untuk lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat dan juga menurunkan stigma masyarakat.
Kata Kunci : Pengetahuan, Stigma, Masyarakat, COVID-19